News Update :

Kisah Ya'juj dan Ma'juj

Written By neo djunayd on Saturday, October 29, 2011 | 11:04 PM


Saat menjelang wafat, Nabi Nuh a.s memanggil anak-anaknya untuk menghadap beliau. Maka Sam a.s segera datang menemuinya, namun kedua saudaranya tidak muncul yaitu Ham dan Yafits. Akibat dari ketidakpatuhan Ham dan Yafits, Allah kemudian menurunkan ganjaran kepada mereka. Yafits yang tidak datang karena lebih memilih berdua dengan istrinya (berhubungan suami istri) kemudian melahirkan anak bernama Sannaf. Kelak kemudian Sannaf menurunkan anak yang ganjil. Ketika dilahirkan, keluar sekaligus anak-anak dalam wujud kurang sempurna. Selain itu ukuran besar dan bobot masing-masing juga berbeda, ada yang fisiknya besar sedangkan lainnya kecil. Untuk selanjutnya yang besar kemudian terus tumbuh hingga melebihi ukuran normal (raksasa), sebaliknya yang bertubuh kecil terus kecil seperti liliput. Mereka kemudian dikenal sebagai Ya’juj dan Ma’juj. 

22° Halo dan Sundogs

Written By neo djunayd on Sunday, October 9, 2011 | 5:21 PM

Halo ( λως, disebut juga nimbus, icebow, atau Gloriole) adalah fenomena optikal dari cahaya di sekitar Matahari dan Bulan, dan terkadang pada sumber cahaya lain seperti lampu penerangan jalan. Halo disekitar matahari dan bulan, terjadi karena cahaya dari matahari atau bulan dibiaskan oleh kristal-kristal es yang biasanya terdapat pada awan cirrus yang dingin yang berada 5–10 km diatas troposfer. Bentuk dan lokasi kristal es menentukan tipe halo apa yang akan terlihat.



Di negara negara Eropa dan sebagian Amerika apalagi di kutub, kemunculan Halos di langit jauh lebih sering daripada pelangi. Halo dapat dilihat rata-rata dua kali seminggu. Ada beberapa jenis Halo seperti pada gambar dibawah, namun 22 ° halo yang melingkar dan Sundogs (parhelia) adalah yang paling sering terjadi.



Gambar diatas menunjukkan matahari dikelilingi oleh 22° halo dan diapit oleh sundogs. Melewati sundogs dan melebar keluar adalah lingkaran parhelic. Kadang-kadang mengelilingi seluruh langit pada ketinggian yang sama dengan matahari. Upper tangent arc (Busur singgung atas) dan Lower Tangent Arc (busur singgung bawah) menyentuh 22 ° halo di bagian atas dan di bagian bawah matahari. Busur circumzenithal terletak paling atas pada gambar. Kristal es dalam gambar adalah kristal es yang membentuk masing masing halo


22° Halo adalah sebuah cincin cahaya 22º dari matahari (atau bulan) dan merupakan jenis yang paling umum diamati dan halo ini terbentuk oleh kristal es heksagonal dengan diameter kurang dari 20,5 mikrometer.

Cahaya mengalami dua pembiasan saat melewati kristal es dan jumlah pembelokan yang terjadi tergantung pada diameter kristal es.


22° Halo terjadi ketika cahaya masuk ke salah satu sisi kristal es kolumnar dan keluar melalui sisi lain. Cahaya dibiaskan ketika memasuki kristal es dan sekali lagi ketika ia meninggalkan kristal es.


Kedua pembiasan ini membelokkan cahaya 22º dari arah semula, menghasilkan sebuah cincin cahaya yang diamati di 22 derajat dari matahari atau bulan.

22º Halo






Sundogs


Sundogs, atau Parhelia atau Suns Mock, yang bersama dengan 22º halo, adalah halo yang paling sering sering terlihat. Halo ini paling mudah dilihat ketika matahari rendah. Ketika matahari lebih tinggi mereka lebih jauh. Setiap 'Dog' berwarna merah pada bagian yang dekat dengan matahari dan terkadang hijau dan biru di bagian luar. Sundogs dapat sangat terang, namun pada saat lain mereka dapat berupa noda berwarna dilangit. Sundogs dapat terjadi di seluruh dunia dan pada setiap saat sepanjang tahun terlepas dari suhu permukaan tanah. Di Eropa dan Amerika Utara Sundogs terlihat rata-rata dua kali seminggu.

Sundogs, parhelia, juga terbentuk oleh adanya kristal es heksagonal di awan cirrus tinggi yang terjadi di seluruh dunia. Kristal kristal es ini melayang ke bawah dengan lembut dengan sisi heksagonal yang besar hampir horisontal. Sinar masuk dari sisi samping dan keluar melalui sisi lain yang membentuk sudut 60 derajat dengan sisi masuknya sinar. Kedua pembiasan ini menyimpangkan sinar sebesar 22 ° bergantung pada sudut awal sinar ketika memasuki kristal. Kondisi ini -dimana sinar internal yang melintasi kristal sejajar dengan sisi yang berdekatan- memberikan deviasi minimum sekitar 22°.

Merah adalah cahaya yang dibiaskan dengan sudut yang paling kecil diantara spektrum warna lainnya, oleh karena itu, tepi sundogs yang dekat dengan matahari berwarna merah merona

Ketika matahari relatif tinggi, sinar tidak dapat melewati kristal kecuali yang disalurkan dengan dipantulkan secara internal dari sisi atas dan bawah basal (heksagonal besar). kemiringan sudut juga menyebabkan deviasi sinar meningkat dan sundogs menjadi lebih jauh dari matahari ketika matahari meninggi.

Lempeng kristal jarang yang mengapung persis horisontal, lempeng lempeng ini bergetar dan kristal yang lebih besar getarannya lebih tinggi. lempeng yang bergetar menghasilkan sundogs yang tinggi dan dalam kasus-kasus yang lebih ekstrim, perbedaan antara sundog tinggi dan fragmen dari 22° halo menjadi agak kabur.Itulah makanya Sundogs hanya terlihat jelas saat matahri terbit dan terbenam.

Fenomena Cincin Matahari di Solo

Written By neo djunayd on Tuesday, October 4, 2011 | 7:24 PM

”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS Fushshilat 41: 53).

Seperti yang kita lihat hari ini, Selasa 4 Oktober 2011 sekitar pukul 11.00 sampai dengan 12.00 WIB lebih, sebuah fenomena alam yang sangat jarang terjadi – matahari bercincin – terlihat di Solo.
Kejadian ini sempat menghebohkan warga Solo dan sekitarnya, karena memang sangat jarang terjadi di Solo.


foto-foto diambil saat kejadian dari depan rumah


Dalam penjelasannya melalui Solopos, Dr. Taswanda Taryo, MSc, Eng di UNS mengungkapkan, fenomena alam itu merupakan bagian dari gerhana matahari.

Sementara menurut Guru Besar Geografi UGM yang juga Kepala Laboratorium Hidrometeorologi Fakultas Geografi UGM Sudibyakto, fenomena ini sering disebut sebagai cincin pelangi karena lapisan warnanya mirip pelangi. Hanya saja, warna tersebut tidak selengkap warna pada pelangi. Istilah lain dari cincin disebut halo yang berasal dari bahasa Yunani Kuno artinya lingkaran bulan.

Warna cincin pelangi matahari tak selengkap pelangi ini akibat perbedaan sudutnya. Cincin matahari biasanya terjadi pada siang hari atau saat posisi matahari berada tepat di atas bumi. Sudut yang tegak lurus membuat warna yang terbiaskan tidak selengkap pada pelangi di sore hari yang terjadi dengan sudut tertentu.

Pemerhati budaya Yogyakarta Heri Dendi mengatakan, dalam bahasa Jawa, fenomena cincin matahari ini dikenal dengan nama kluwung. "Fenomena ini pernah saya lihat di waktu-waktu dulu, tapi memang jarang," katanya.


Sumber : Kompas.com

JAM

Followers

TOP RANK

PageRank

VISITORS

Total Pageviews

 
Copyright © 2011. World is not enough . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Design by Creating Website. Inspired from Metamorph RocketTheme