Mungkin tulisan ini sudah sangat telat
yah, tapi gak apalah. Pada masa awal-awal booming facebook, MUI sebagai lembaga
yang menaungi kepentingan umat Islam Indonesia membuat keputusan yang
manyatakan bahwa Facebook adalah HARAM. (link)
Berbagai tanggapan yang pro dan kontra
bermunculan, dimana lebih banyak yang kontra daripada yang pro, hingga akhirnya
MUI membatalkan keputusan yang mengharamkan Facebook.
Seiring berjalannya waktu dan kesadaran
dari banyak pengguna facebook yang muslim-termasuk saya sendiri-atas korelasi
antara Facebook dengan Tembok Ratapan, akhirnya menyadari bahwa MUI tidak 100%
salah dalam menetapkan keputusan bahwa Facebook adalah Haram. Justru disinilah
kita menyadari bahwa MUI mempunyai pemahaman dan ‘indera penciuman yang lebih
tajam’ dari kita-kita yang hanya orang awam.
Cukuplah retorika soal MUI. Berikut
penjelasannya lebih lengkap :
1. Tembok Ratapan
Ibu Kota Israel yang luasnya sekitar 700 kilometer
ini adalah kota yang berdiri di sekitar pegunungan yang indah. Penuh dengan
situs-situs suci bagi umat berbagai agama, sehingga menjadi magnet bagi
wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Tembok Barat alias Tembok Ratapan,
misalnya. Dinding bait suci di Jerusalem yang dibangun oleh Raja Salomon atau
Sulaiman dan Bait Suci itu hancur ketika Israel diserbu tentara Romawi pada 70
Masehi. Bangsa Yahudi percaya tembok ini tidak ikut hancur karena di tempat ini
berdiam Shekhinah. Dengan demikian, berdoa di tembok ini sama artinya berdoa
kepada Tuhan. Biasanya, peziarah dari berbagai penjuru dunia juga menyelipkan
kertas doa di sela-sela batu tembok ratapan.
Tembok ini dulunya dikenal hanya sebagai Tembok
Barat, tetapi kini disebut “Tembok Ratapan” karena di
situ orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan.
Selain mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang
ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu.
2. Apakah Hubungan Tembok Ratapan dengan Wall
Facebook?
Kenapa di Facebook mempunyai Wall
(Dinding/Tembok)? Karena pemiliknya -Mark Zuckerberg- adalah
orang Yahudi – walau kabar terakhir menyebutkan dia memproklamirkan diri
sebagai atheis-, (mungkin) terinspirasi dari salah satu tempat suci Yahudi di
Yerusalem yang bernama Tembok Ratapan, dimana kaum Yahudi melakukan ritual
ibadah dengan berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan.
Selain mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang
ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu.
Itulah (mungkin) inspirasi Facebook Wall, untuk curhat, dan sebagainya.
3. Tembok Ratapan = Wall Facebook?
Tembok ratapan itu kini masih berdiri, dan masih
banyak orang datang ke sana untuk berdoa dan meratap, sekaligus menuliskan
harapan-harapannya lalu menyelipkannya ke dinding- dinding tembok itu. Nah,
kini ada sebuah tembok baru yang dibuat di luar tembok ratapan itu. Jika yang
datang ke tembok ratapan sebagian besar adalah orang-orang yahudi, maka di
tembok baru itu, yang datang meratap bukan saja orang-orang yahudi, tetapi juga
orang-orang Muslim dan orang-orang umum. Mereka dengan leluasa meratap,
mengeluarkan keluh kesahnya, menuliskan harapan-harapannya, dan menghaturkan
doa-doanya. Bahkan, jika Tembok Ratapan di Palestina hanya sedikit
pengunjungnya, itu pun tidak setiap hari, maka tembok yang baru ini selalu dipenuhi
oleh pengunjung dari segala penjuru dunia tiap harinya. Bahkan ada yang setiap
hari tidak pernah meninggalkan tembok baru ini saking khusyuknya ibadah mereka
di tempat itu.
Meski begitu, ia tidak pernah sesak, para
pengunjungnya bisa dengan leluasa mengunjungi tembok-tembok itu. Bahkan mereka
diberikan kemudahan dengan dibebaskannya mereka membuat privatisasi pada
sebagian tembok tertentu. Mereka bisa menuliskan harapannya, menyelipkan keluh
kesah dan doa-doa panjangnya di dinding-dinding tembok itu, bahkan kini mereka
juga dapat menyelipkan foto-foto diri mereka. Mereka juga dapat berinteraksi
dengan pengunjung lain yang juga menjadi peratap di tembok itu. Kadang, mereka
saling bertukar komentar atas keluhan, harapan, doa, atau sekadar celoteh kecil
yang disisipkan di dinding mereka. Begitu mudah, begitu akrab, dan begitu
alami…
Ya.. tahukah kalian? Kini, tembok ratapan itu
bernama Facebook!!! Di Facebook, kita mengenal istilah wall/dinding. Di sana
kita biasa mencurahkan isi kepala kita, harapan, doa dan sebagainya. Secara
konseptual, ini sama dengan konsep tembok ratapannya orang yahudi. Bedanya,
tembok ratapan kita itu adalah tembok maya, sementara tembok ratapan orang
yahudi itu bersifat nyata.
Ya, di sini kita bisa melihat bagaimana orang
yahudi itu mengamalkan ajaran agamanya, bahkan sampai di dunia maya. Bukankah
pemilik dan penggagas facebook ini adalah orang yahudi?
4. Sekedar Renungan dan Nasehat
Terus terang hati ini merasa tidak enak melihat
banyak status tidak jelas dan kurang bermanfaat muncul dari account
teman-teman. Tidak mengapa jika yang ditulis atau disampaikan berupa ilmu,
nasehat atau info-info yang bermanfaat. Namun kalau sekedar isi hati, luapan
perasaan, kekecewaan, kegaguman atau entah apapun namanya yang kiranya tidak
bermanfaat maka kiranya tidak perlu ditulis/ disampaikan lewat fb atau yang
lainnya. Selain hal itu sia-sia, hal tersebut juga tidak baik untuk menjaga
‘privasi’ dan muru’ah/kehormatan diri. Hendaknya kita senantiasa menjaga waktu
kita, jangan hanya dihabiskan untuk sekedar update status atau
membalas/berkomentar pada status- status yang tidak jelas.
Betapa indah apa yang disampaikan Rasulullah,
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, ia berkata :
“Telah bersabda
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Sebagian dari kebaikan keislaman
seseorang ialah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.” [Hadis hasan riwayat Tirmidzi (no. 2318) dan lainnya]
5. Marilah Menggunakan Facebook untuk Hal
Bermanfaat
Betapa banyak orang yang senang dikirimi pesan
nasehat agama yang dibaca di inbox, note atau melalui link mereka, meski tak
jarang juga ada yang sewot dan ngomel-ngomel. Banyak yang sadar dan kembali
kepada jalan kebenaran karena membaca nasehat-nasehat tersebut. Jadilah orang
yang bermanfaat bagi orang lain apalagi dalam masalah agama yang dapat
mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Sebaik-baik
manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)
Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa
memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana
ganjaran orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga
bersabda,
“Jika Allah
memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik
bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga orang Arab
saat itu).” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Lihatlah saudaraku, bagaimana jika tulisan kita
dalam note, status, atau link di facebook dibaca oleh 5, 10 bahkan ratusan
orang, lalu mereka amalkan, betapa banyak pahala yang kita peroleh. Jadi,
facebook jika dimanfaatkan untuk dakwah semacam ini, sungguh sangat bermanfaat.
Setiap saat para facebooker meng update statusnya
agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang
semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya.
Dan fenomena demikian menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni
‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan
dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata
krama tentang malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga .
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menegaskan dengan sindiran keras kepada kita,
“Apabila kamu
tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.”(Bukhari).
Sahabatku, alangkah lebih baiknya jika kita memanfaatkan
facebook untuk hal-hal yang bernilai positif, saling berkirim tausiyah, saling
memberi semangat dan motivasi. Mulai sekarang jauhi kata-kata negative dan
hal-hal yang tidak bermanfaat di facebook (termasuk bagi saya sendiri tentunya).
Jangan jadikan dinding facebook kita sebagai dinding ratapan, tempat untuk
mengeluarkan segala keluh kesah, mengeluarkan emosi dan amarah, yang bisa jadi
hal itu dapat melukai hati sahabat-sahabat kita. Mulai saat ini mari kita
gunakan facebook untuk kebaikan, untuk menambah pundi-pundi pahala kita, saling
berbagi ilmu, motivasi dan nasihat. Karena Berbagi itu Indah.