News Update :

To Activate Kaspersky 2011

Written By neo djunayd on Monday, March 26, 2012 | 11:06 PM


Sebenarnya, saya masih bingung banget dengan antivirus Kaspersky 11 ataupun KAV/KIS 2012. Terutama dalam hal license key (tentunya yang gratisan) dan update offline mapun online-nya. Bagaimana tidak, setiap kali instal antivirusnya saya sudah mengikuti setiap detail langkah.

Begitu aktif licensenya kemudian saya update offline, ternyata gak bisa gan.

Update are obsolote!

Saya coba dengan update online dengan koneksi amburadul, 2 kbps! Saya tunggu selama lebih dari 6 jam, ndilalah pas update-an mencapai 100% secara otomatis license key saya terblockir! Hahahaha.... gila banget yak. Habis gitu, 6 jam tadi sia-sia karena update-an tetap gak bisa masuk dan masih obsolete.

Browsing sana browsing sini saya cari trik-triknya masih tetap gak ada solusi. Ada banyak yang menawarkan software crack maupun patch (bisa diunduh di sini), tapi begitu di un-rar ternyata corrupt. Dengan metode manualpun sama saja (caranya bisa diliat disini), setelah selesai malah kaspersky-nya minta di re-instal.

Hadeeeeehhh pusing banget, gan!

Sampai tulisan ini dibuat, saya masih belum bisa update KAV 11 saya alias masih obsolete. Bedanya, license key yang pernah terblokir dulu bisa dipake lagi valid sampe 2048 hari. Ho ho hooo.... sedot aja file cracknya di sini.

Untuk sekedar aktivasi bisa dilihat caranya di bawah ini :

To activate your kaspersky 2012 With Keyfiles-

  1. Download and Install Kaspersky 2012
  2. Turn off/Unplug/Disconnect your internet connection
  3. Click "Manage License" From Right Bottom of Kaspersky, Then click "Activate the application"
  4. Enter key: AAAAA-AAAAA-AAAAA-AAAA3
  5. Click on Next
  6. In the next window, click on Browse
  7. Specify the path to any key (file) from the Keys folder
  8. Click on Next
  9. After activation switch on the internet
  10. Update virus definitions once/twice in a week to avoid key block

To activate your kaspersky 2011 With Keyfiles-

  1. Open Kaspersky 2011 License Manager (from lower right corner).
  2. Click ‘Activate the application with a new license’ button. (Delete any trial key first, by clicking the red X next to the key).
  3. Select ‘Activate commercial version’ and enter the activation license code as 11111-11111-11111-1111X
  4. Wait activation wizard message->Click OK
  5. Wait for wrong activation code message->Click OK->
  6. Screen will appear with KEY FILE BROWSE
  7. Browse to the key location and activate kaspersky.

Activate Kaspersky 2011 by Command Line Method
http://www.youtube.com/watch?v=KfWOQu1lL54

To Activate Kaspersky 2011 license using key file:
  1. Open Kaspersky 2011 License Manager (from lower right corner).
  2. Click ‘Activate the application with a new license’ button. (Delete any trial key first, by clicking the red X next to the key).
  3. Disable your internet connection (either disable Network adapter from control panel or turn off your modem/router).
  4. Select ‘Activate commercial version’ and enter the activation license code as  T1JVS-NNMBD-K1QTN-SUBP8 or select ‘Activate trial license’.
  5. Click Next, an error dialog box will open as shown below:
  6. Click Ok and you will now get the option to activate kaspersky using a key file.
  7. Browse to the key location and activate kaspersky.
Bagi fan berat kaspersky dan mau coba versi 11.0.1.400, download aja disini. Bagi infonya yah kalau bisa update. Thanks u.


A Public Job for a Deaf, are there?

Written By neo djunayd on Sunday, March 11, 2012 | 3:08 PM


Deaf symbol

Biasanya, ketika kita melihat sebuah kecacatan fisik pada orang lain yang terlihat secara kasat mata (entah itu buta atau cacat fisik yang lain) kita akan merasa prihatin, iba, terenyuh dan berbagai perasaan yang tidak mengenakkan hati atau tidak nyaman. Memang hal semacam itu sudah menjadi sewajarnya, kecuali bagi orang yang tidak mempunyai hati lagi. J
Namun sikap kita akan berbeda tatkala berjumpa dengan orang cacat yang tidak kasat mata, yang tidak kita ketahui dalam hal ini tuna rungu alias budeg/tuli.

Penderita tunarungu kebanyakan mempunyai sifat negatif yaitu sangat sensitif. Apalagi jika gangguan pendengaran itu terjadi bukan sejak lahir, alias seiring berjalannya waktu - seperti halnya yang terjadi pada saya. J

Ini berdasarkan pengalaman pribadi yah, yang bisa jadi mewakili ribuan penderita tunarungu. Bahwasannya kebanyakan orang akan memandang sebelah mata terhadap penderita tunarungu. “Bisa apa dia”, begitu mungkin yang ada di benak kebanyakan orang ketika seorang penderita tunarungu mencoba mengajukan aplikasi lamaran kerja atau menjalin sebuah koneksi, bahkan terhadap kawan sendiri. Tidak ada kepercayaan dan pemberian kesempatan untuk membuktikan kemampuan para penderita tunarungu. Kebanyakan lebih pada menyepelekan dan menjadikannya sebagai bahan lelucon belaka.

Mereka – para sinisme (maaf saya menggunakan istilah tersebut untuk orang yang memandang remeh tunarungu) – seberapapun dekatnya dengan penderita tunarungu (entah bersahabat ataupun bersodara) akan sangat berkeberatan ketika menyinggung suatu pekerjaan/job. Saya mengerti betul dilema yang mereka alami. Mungkin mereka berpikir seperti ini, ‘jika saya beri kesempatan akankah bertahan?’ atau pikiran-pikiran yang lain, yang ujung-ujungnya keinginan untuk menolak lebih besar.

So, kembali pada judul tulisan ini ”A Public Job for a Deaf, are there?”. Adakah pekerjaan publik (semisal OB, karyawan, dll) untuk tunarungu? Jangankan bekerja di public job, sekedar kesempatan untuk membuktikan bahwa kita mampu saja mungkin tidak ada, yah. Kalaupun ada mungkin sangat sedikit dan terbatas pada beberapa orang yang memang sudah teruji kapabilitas dan kemampuannya (who is them?).

Seorang kawan pernah menyarankan untuk membuka usaha sendiri, dan ini adalah memang kebanyakan apa yang dilakukan para penderita tunarungu itu. Bukan ide yang jelek, bagus malah. Namun mereka lupa atau seolah-olah menutup mata, bahwa untuk membuka usaha sendiri pun memerlukan sebuah jalinan koneksi, interaksi dan ini yang terpenting : kepercayaan atas kemampuan penderita tunarungu. Lain hal kalau penderita tunarungu mempunyai kecakapan semisal melukis, atau untuk yang berparas cantik bisa lebih mudah untuk memaksimalkan kecantikannya. Contoh terkongkrit adalah suksesnya penderita tunarungu yang menjadi juara pada ajang kontes Runner Up Miss Deaf World 2011, Dian Inggrawati atau puteri Amanda Faishal Bauty yang sukses menjadi model.

Well, seberapapun seorang kawan atau orang lain mengaku pengertian, ia/mereka sebenarnya tidak mengerti sama sekali. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kalian? :D

Kisah Ashabul Kahfi [Bukti Ketinggian Ilmu 'Ali bin Abi Tholib k.w]

Written By neo djunayd on Saturday, March 10, 2012 | 5:32 PM



Penulis kitab Fadha’ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah (jilid II, halaman 291-300), mengetengahkan suatu riwayat yang dikutip dari kitab Qishashul Anbiya. Riwayat tersebut berkaitan dengan tafsir ayat 10 Surah Al-Kahfi,


 إِذْ أَوَى الفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَا ءَاتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdo'a: "Wahai Tuhan kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)" (QS al-Kahfi:10)

Dengan panjang lebar kitab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayatkan sebagai berikut:

Di kala Umar Ibnul Khattab memangku jabatan sebagai Amirul Mukminin, pernah datang kepadanya beberapa orang pendeta Yahudi. Mereka berkata kepada Khalifah: “Hai Khalifah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabatnya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah penting kepada anda. Jika anda dapat memberi jawaban kepada kami, barulah kami mau mengerti bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, jika anda tidak dapat memberi jawaban, berarti bahwa agama Islam itu bathil dan Muhammad bukan seorang Nabi.”
“Silahkan bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan,” sahut Khalifah Umar.
“Jelaskan kepada kami tentang induk kunci (gembok) mengancing langit, apakah itu?” Tanya pendeta-pendeta itu, memulai pertanyaan-pertanyaannya. “Terangkan kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, apakah itu? Tunjukkan kepada kami tentang suatu makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi ia bukan manusia dan bukan jin! Terangkan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang dapat berjalan di permukaan bumi, tetapi makhluk-makhluk itu tidak dilahirkan dari kandungan ibu atau atau induknya! Beritahukan kepada kami apa yang dikatakan oleh burung puyuh (gemak) di saat ia sedang berkicau! Apakah yang dikatakan oleh ayam jantan di kala ia sedang berkokok! Apakah yang dikatakan oleh kuda di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh katak di waktu ia sedang bersuara? Apakah yang dikatakan oleh keledai di saat ia sedang meringkik? Apakah yang dikatakan oleh burung pipit pada waktu ia sedang berkicau?”
Khalifah Umar menundukkan kepala untuk berfikir sejenak, kemudian berkata: “Bagi Umar, jika ia menjawab ‘tidak tahu’ atas pertanyaan-pertanyaan yang memang tidak diketahui jawabannya, itu bukan suatu hal yang memalukan!”
Mendengar jawaban Khalifah Umar seperti itu, pendeta-pendeta Yahudi yang bertanya berdiri melonjak-lonjak kegirangan, sambil berkata: “Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam itu adalah bathil!”
Salman Al-Farisi yang saat itu hadir, segera bangkit dan berkata kepada pendeta-pendeta Yahudi itu: “Kalian tunggu sebentar!”
Ia cepat-cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Setelah bertemu, Salman berkata: “Ya Abal Hasan, selamatkanlah agama Islam!”
Imam Ali r.a. bingung, lalu bertanya: “Mengapa?”
Salman kemudian menceritakan apa yang sedang dihadapi oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab. Imam Ali segera saja berangkat menuju ke rumah Khalifah Umar, berjalan lenggang memakai burdah (selembar kain penutup punggung atau leher) peninggalan Rasul Allah s.a.w. Ketika Umar melihat Ali bin Abi Thalib datang, ia bangun dari tempat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkata: “Ya Abal Hasan, tiap ada kesulitan besar, engkau selalu kupanggil!”
Setelah berhadap-hadapan dengan para pendeta yang sedang menunggu-nunggu jawaban itu, Ali bin Abi Thalib herkata: “Silakan kalian bertanya tentang apa saja yang kalian inginkan. Rasul Allah s.a.w. sudah mengajarku seribu macam ilmu, dan tiap jenis dari ilmu-ilmu itu mempunyai seribu macam cabang ilmu!”
Pendeta-pendeta Yahudi itu lalu mengulangi pertanyaan-pertanyaan mereka. Sebelum menjawab, Ali bin Abi Thalib berkata: “Aku ingin mengajukan suatu syarat kepada kalian, yaitu jika ternyata aku nanti sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat, kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman!”
“Ya baik!” jawab mereka.
“Sekarang tanyakanlah satu demi satu,” kata Ali bin Abi Thalib.
Mereka mulai bertanya: “Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pintu-pintu langit?”
“Induk kunci itu,” jawab Ali bin Abi Thalib, “ialah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanita, jika ia bersyirik kepada Allah, amalnya tidak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah!”
Para pendeta Yahudi bertanya lagi: “Anak kunci apakah yang dapat membuka pintu-pintu langit?”
Ali bin Abi Thalib menjawab: “Anak kunci itu ialah kesaksian (syahadat) bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”
Para pendeta Yahudi itu saling pandang di antara mereka, sambil berkata: “Orang itu benar juga!” Mereka bertanya lebih lanjut: “Terangkanlah kepada kami tentang adanya sebuah kuburan yang dapat berjalan bersama penghuninya!”
“Kuburan itu ialah ikan hiu (hut) yang menelan Nabi Yunus putera Matta,” jawab Ali bin Abi Thalib. “Nabi Yunus as. dibawa keliling ketujuh samudera!”
Pendeta-pendeta itu meneruskan pertanyaannya lagi: “Jelaskan kepada kami tentang makhluk yang dapat memberi peringatan kepada bangsanya, tetapi makhluk itu bukan manusia dan bukan jin!”
Ali bin Abi Thalib menjawab: “Makhluk itu ialah semut Nabi Sulaiman putera Nabi Dawud alaihimas salam. Semut itu berkata kepada kaumnya: “Hai para semut, masuklah ke dalam tempat kediaman kalian, agar tidak diinjak-injak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka tidak sadar!”
Para pendeta Yahudi itu meneruskan pertanyaannya: “Beritahukan kepada kami tentang lima jenis makhluk yang berjalan di atas permukaan bumi, tetapi tidak satu pun di antara makhluk-makhluk itu yang dilahirkan dari kandungan ibunya atau induknya!”
Ali bin Abi Thalib menjawab: “Lima makhluk itu ialah, pertama, Adam. Kedua, Hawa. Ketiga, Unta Nabi Shaleh. Keempat, Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menjelma menjadi seekor ular).”
Dua di antara tiga orang pendeta Yahudi itu setelah mendengar jawaban-jawaban serta penjelasan yang diberikan oleh Imam Ali r.a. lalu mengatakan: “Kami bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah!”
Tetapi seorang pendeta lainnya, bangun berdiri sambil berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, hati teman-temanku sudah dihinggapi oleh sesuatu yang sama seperti iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masih ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan kepada anda.”
“Tanyakanlah apa saja yang kau inginkan,” sahut Imam Ali.
“Coba terangkan kepadaku tentang sejumlah orang yang pada zaman dahulu sudah mati selama 309 tahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat tentang mereka itu?” Tanya pendeta tadi.
Ali bin Ali Thalib menjawab: “Hai pendeta Yahudi, mereka itu ialah para penghuni gua. Hikayat tentang mereka itu sudah dikisahkan oleh Allah s.w.t. kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka itu.”
Pendeta Yahudi itu menyahut: “Aku sudah banyak mendengar tentang Qur’an kalian itu! Jika engkau memang benar-benar tahu, coba sebutkan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kota mereka, nama raja mereka, nama anjing mereka, nama gunung serta gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir!”
Ali bin Abi Thalib kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. Lalu ia berkata: “Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s.a.w. kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. Tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru setelah Islam datang, kota itu berubah nama menjadi Tharsus (Tarse, sekarang terletak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik. Setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negeri itu dengan kekuatan pasukannya, dan akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana.”
Baru sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya itu berdiri, terus bertanya: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk Istana itu, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya!”
Ali bin Abi Thalib menerangkan: “Hai saudara Yahudi, raja itu membangun istana yang sangat megah, terbuat dari batu marmar. Panjangnya satu farsakh (= kl 8 km) dan lebarnya pun satu farsakh. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah, juga semuanya terbuat dari emas. Lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. Di sebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula di sebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mulai terbit sampai terbenam selalu dapat menerangi serambi. Raja itu pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. Di sebelah kanannya tersedia 80 buah kursi, semuanya terbuat dari emas. Di situlah para hulubalang kerajaan duduk. Di sebelah kirinya juga disediakan 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa-penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasana dengan mengenakan mahkota di atas kepala.”
Sampai di situ pendeta yang bersangkutan berdiri lagi sambil berkata: “Jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?”
“Hai saudara Yahudi,” kata Imam Ali menerangkan, “mahkota raja itu terbuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan tiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga mempunyai 50 orang pelayan, terdiri dari anak-anak para hulubalang. Semuanya memakai selempang dan baju sutera berwarna merah. Celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raja. Selain mereka, raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendekiawan, untuk dijadikan menteri-menteri atau pembantu-pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apa pun tanpa berunding lehih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu selalu berada di kanan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan dan yang tiga orang lainnya berdiri di sebelah kiri.”
Pendeta yang bertanya itu berdiri lagi. Lalu berkata: “Hai Ali, jika yang kau katakan itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu raja itu!”
Menanggapi hal itu, Imam Ali r.a. menjawab: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa tiga orang yang berdiri di sebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun tiga orang pembantu yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Martelius, Casitius dan Sidemius. Raja selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.
Tiap hari setelah raja duduk dalam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang di atas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu ia mengibas-ngibaskan sayap serta bulunya, sampai sari-bunga itu habis dipercikkan ke semua tempat sekitarnya.
Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung itu terbang pula. Lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala itu habis dipercikkan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu memberi isyarat suara lagi. Burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja, sambil membentangkan kedua sayap yang harum semerbak di atas kepala raja.
Demikianlah raja itu berada di atas singgasana kekuasaan selama tiga puluh tahun. Selama itu ia tidak pernah diserang penyakit apa pun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah atau pun beringus. Setelah sang raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai “tuhan” dan tidak mau lagi mengakui adanya Allah s.w.t.
Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tetapi barang siapa yang tidak mau taat atau tidak bersedia mengikuti kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab itu semua orang terpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja. Mereka tidak lagi memuja dan menyembah Allah s.w.t.
Pada suatu hari perayaan ulang-tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulubalang memberi tahu, bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala. Kemudian raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salah seorang pembantu yang berdiri di sebelah kanan –seorang cerdas yang bernama Tamlikha– memperhatikan keadaan sang raja dengan sepenuh fikiran. Ia berfikir, lalu berkata di dalam hati: “Kalau Diqyanius itu benar-benar tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu ia tidak akan sedih, tidak tidur, tidak buang air kecil atau pun air besar. Itu semua bukanlah sifat-sifat Tuhan.”
Enam orang pembantu raja itu tiap hari selalu mengadakan pertemuan di tempat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada satu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha untuk makan dan minum, tetapi Tamlikha sendiri tidak ikut makan dan minum. Teman-temannya bertanya: “Hai Tamlikha, mengapa engkau tidak mau makan dan tidak mau minum?”
“Teman-teman,” sahut Tamlikha, “hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan tidak ingin minum, juga tidak ingin tidur.”
Teman-temannya mengejar: “Apakah yang merisaukan hatimu, hai Tamlikha?”
“Sudah lama aku memikirkan soal langit,” ujar Tamlikha menjelaskan. “Aku lalu bertanya pada diriku sendiri: ’siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap yang senantiasa aman dan terpelihara, tanpa gantungan dari atas dan tanpa tiang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menjalankan matahari dan bulan di langit itu? Siapakah yang menghias langit itu dengan bintang-bintang bertaburan?’ Kemudian kupikirkan juga bumi ini: ‘Siapakah yang membentang dan menghamparkan-nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar tidak goyah, tidak goncang dan tidak miring?’ Aku juga lama sekali memikirkan diriku sendiri: ‘Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya itu pasti ada yang membuat, dan sudah tentu bukan Diqyanius’…”
Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkata: “Hai Tamlikha dalam hati kami sekarang terasa sesuatu seperti yang ada di dalam hatimu. Oleh karena itu, baiklah engkau tunjukkan jalan keluar bagi kita semua!”
“Saudara-saudara,” jawab Tamlikha, “baik aku maupun kalian tidak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raja yang dzalim itu, pergi kepada Raja pencipta langit dan bumi!”
“Kami setuju dengan pendapatmu,” sahut teman-temannya.
Tamlikha lalu berdiri, terus beranjak pergi untuk menjual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang itu kemudian diselipkan dalam kantong baju. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang temannya.
Setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota, Tamlikha berkata kepada teman-temannya: “Saudara-saudara, kita sekarang sudah terlepas dari raja dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang turunlah kalian dari kuda dan marilah kita berjalan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kita serta memberikan jalan keluar.”
Mereka turun dari kudanya masing-masing. Lalu berjalan kaki sejauh 7 farsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.
Tiba-tiba datanglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala itu mereka bertanya: “Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum atau susu?”
“Aku mempunyai semua yang kalian inginkan,” sahut penggembala itu. “Tetapi kulihat wajah kalian semuanya seperti kaum bangsawan. Aku menduga kalian itu pasti melarikan diri. Coba beritahukan kepadaku bagaimana cerita perjalanan kalian itu!”
“Ah…, susahnya orang ini,” jawab mereka. “Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak boleh berdusta. Apakah kami akan selamat jika kami mengatakan yang sebenarnya?”
“Ya,” jawab penggembala itu.
Tamlikha dan teman-temannya lalu menceritakan semua yang terjadi pada diri mereka. Mendengar cerita mereka, penggembala itu segera bertekuk lutut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkata: “Dalam hatiku sekarang terasa sesuatu seperti yang ada dalam hati kalian. Kalian berhenti sajalah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing-kambing itu kepada pemiliknya. Nanti aku akan segera kembali lagi kepada kalian.”
Tamlikha bersama teman-temannya berhenti. Penggembala itu segera pergi untuk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia datang lagi berjalan kaki, diikuti oleh seekor anjing miliknya.”
Waktu cerita Imam Ali sampai di situ, pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri lagi sambil berkata: “Hai Ali, jika engkau benar-benar tahu, coba sebutkan apakah warna anjing itu dan siapakah namanya?”
“Hai saudara Yahudi,” kata Ali bin Abi Thalib memberitahukan, “kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qithmir. Ketika enam orang pelarian itu melihat seekor anjing, masing-masing saling berkata kepada temannya: kita khawatir kalau-kalau anjing itu nantinya akan membongkar rahasia kita! Mereka minta kepada penggembala supaya anjing itu dihalau saja dengan batu.
Anjing itu melihat kepada Tamlikha dan teman-temannya, lalu duduk di atas dua kaki belakang, menggeliat, dan mengucapkan kata-kata dengan lancar dan jelas sekali: “Hai orang-orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi tiada tuhan selain Allah, tak ada sekutu apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menjaga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekatkan diriku kepada Allah s.w.t.”
Anjing itu akhirnya dibiarkan saja. Mereka lalu pergi. Penggembala tadi mengajak mereka naik ke sebuah bukit. Lalu bersama mereka mendekati sebuah gua.”
Pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu, bangun lagi dari tempat duduknya sambil berkata: “Apakah nama gunung itu dan apakah nama gua itu?!”
Imam Ali menjelaskan: “Gunung itu bernama Naglus dan nama gua itu ialah Washid, atau di sebut juga dengan nama Kheram!”
Ali bin Abi Thalib meneruskan ceritanya: secara tiba-tiba di depan gua itu tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang tersedia di tempat itu. Setelah tiba waktu malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anjing yang sejak tadi mengikuti mereka, berjaga-jaga ndeprok sambil menjulurkan dua kaki depan untuk menghalang-halangi pintu gua. Kemudian Allah s.w.t. memerintahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah s.w.t. mewakilkan dua Malaikat untuk membalik-balik tubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerintahkan matahari supaya pada saat terbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.

Suatu ketika waktu raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang enam orang pembantunya. Ia mendapat jawaban, bahwa mereka itu melarikan diri. Raja Diqyanius sangat gusar. Bersama 80.000 pasukan berkuda ia cepat-cepat berangkat menyelusuri jejak enam orang pembantu yang melarikan diri. Ia naik ke atas bukit, kemudian mendekati gua. Ia melihat enam orang pembantunya yang melarikan diri itu sedang tidur berbaring di dalam gua. Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa enam orang itu benar-benar sedang tidur.
Kepada para pengikutnya ia berkata: “Kalau aku hendak menghukum mereka, tidak akan kujatuhkan hukuman yang lebih berat dari perbuatan mereka yang telah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah tukang-tukang batu supaya mereka segera datang ke mari!”
Setelah tukang-tukang batu itu tiba, mereka diperintahkan menutup rapat pintu gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen). Selesai dikerjakan, raja berkata kepada para pengikutnya: “Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka itu tidak berdusta supaya minta tolong kepada Tuhan mereka yang ada di langit, agar mereka dikeluarkan dari tempat itu.”
Dalam guha tertutup rapat itu, mereka tinggal selama 309 tahun.
Setelah masa yang amat panjang itu lampau, Allah s.w.t. mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat matahari sudah mulai memancarkan sinar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari tidurnya masing-masing. Yang seorang berkata kepada yang lainnya: “Malam tadi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mataair!”
Setelah mereka berada di luar gua, tiba-tiba mereka lihat mataair itu sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menjadi kering semuanya. Allah s.w.t. membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bertanya: “Siapakah di antara kita ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kota membawa uang untuk bisa niendapatkan makanan? Tetapi yang akan pergi ke kota nanti supaya hati-hati benar, jangan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi.”
Tamlikha kemudian berkata: “Hai saudara-saudara, aku sajalah yang berangkat untuk mendapatkan makanan. Tetapi, hai penggembala, berikanlah bajumu kepadaku dan ambillah bajuku ini!”
Setelah Tamlikha memakai baju penggembala, ia berangkat menuju ke kota. Sepanjang jalan ia melewati tempat-tempat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui jalan-jalan yang belum pernah diketahui. Setibanya dekat pintu gerbang kota, ia melihat bendera hijau berkibar di angkasa bertuliskan: “Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah.”
Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera itu sambil mengusap-usap mata, lalu berkata seorang diri: “Kusangka aku ini masih tidur!” Setelah agak lama memandang dan mengamat-amati bendera, ia meneruskan perjalanan memasuki kota. Dilihatnya banyak orang sedang membaca Injil. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Setibanya di sebuah pasar ia bertanya kepada seorang penjaja roti: “Hai tukang roti, apakah nama kota kalian ini?”
“Aphesus,” sahut penjual roti itu.
“Siapakah nama raja kalian?” tanya Tamlikha lagi. “Abdurrahman,” jawab penjual roti.
“Kalau yang kaukatakan itu benar,” kata Tamlikha, “urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku!”
Melihat uang itu, penjual roti keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.
Pendeta Yahudi yang bertanya itu kemudian berdiri lagi, lalu berkata kepada Ali bin Abi Thalib: “Hai Ali, kalau benar-benar engkau mengetahui, coba terangkan kepadaku berapa nilai uang lama itu dibanding dengan uang baru!”
Imam Ali menerangkan: “Kekasihku Muhammad Rasul Allah s.a.w. menceritakan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah tiap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pertiga dirham baru!”
Imam Ali kemudian melanjutkan ceritanya: Penjual Roti lalu berkata kepada Tamlikha: “Aduhai, alangkah beruntungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan harta karun! Berikan sisa uang itu kepadaku! Kalau tidak, engkau akan kuhadapkan kepada raja!”
“Aku tidak menemukan harta karun,” sangkal Tamlikha. “Uang ini kudapat tiga hari yang lalu dari hasil penjualan buah kurma seharga tiga dirham! Aku kemudian meninggalkan kota karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius!”
Penjual roti itu marah. Lalu berkata: “Apakah setelah engkau menemukan harta karun masih juga tidak rela menyerahkan sisa uangmu itu kepadaku? Lagi pula engkau telah menyebut-nyebut seorang raja durhaka yang mengaku diri sebagai tuhan, padahal raja itu sudah mati lebih dari 300 tahun yang silam! Apakah dengan begitu engkau hendak memperolok-olok aku?”
Tamlikha lalu ditangkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang dapat berfikir dan bersikap adil. Raja bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: “Bagaimana cerita tentang orang ini?”
“Dia menemukan harta karun,” jawab orang-orang yang membawanya.
Kepada Tamlikha, raja berkata: “Engkau tak perlu takut! Nabi Isa a.s. memerintahkan supaya kami hanya memungut seperlima saja dari harta karun itu. Serahkanlah yang seperlima itu kepadaku, dan selanjutnya engkau akan selamat.”
Tamlikha menjawab: “Baginda, aku sama sekali tidak menemukan harta karun! Aku adalah penduduk kota ini!”
Raja bertanya sambil keheran-heranan: “Engkau penduduk kota ini?”
“Ya. Benar,” sahut Tamlikha.
“Adakah orang yang kau kenal?” tanya raja lagi.
“Ya, ada,” jawab Tamlikha.
“Coba sebutkan siapa namanya,” perintah raja.
Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, tetapi tak ada satu nama pun yang dikenal oleh raja atau oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkata: “Ah…, semua itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kita sekarang. Tetapi, apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?”
“Ya, tuanku,” jawab Tamlikha. “Utuslah seorang menyertai aku!”
Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menyertai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diajak menuju ke sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu. Setibanya di sana, Tamlikha berkata kepada orang yang mengantarkan: “Inilah rumahku!”
Pintu rumah itu lalu diketuk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanjut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian putih dan mengkerut hampir menutupi mata karena sudah terlampau tua. Ia terperanjat ketakutan, lalu bertanya kepada orang-orang yang datang: “Kalian ada perlu apa?”
Utusan raja yang menyertai Tamlikha menyahut: “Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya!”
Orang tua itu marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat-amati ia bertanya: “Siapa namamu?”
“Aku Tamlikha anak Filistin!”
Orang tua itu lalu berkata: “Coba ulangi lagi!”
Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-tiba orang tua itu bertekuk lutut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: “Ini adalah datukku! Demi Allah, ia salah seorang di antara orang-orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raja durhaka.” Kemudian diteruskannya dengan suara haru: “Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipta langit dan bumi. Nabi kita, Isa as., dahulu telah memberitahukan kisah mereka kepada kita dan mengatakan bahwa mereka itu akan hidup kembali!”
Peristiwa yang terjadi di rumah orang tua itu kemudian di laporkan kepada raja. Dengan menunggang kuda, raja segera datang menuju ke tempat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang tua tadi. Setelah melihat Tamlikha, raja segera turun dari kuda. Oleh raja Tamlikha diangkat ke atas pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kaki Tamlikha sambil bertanya-tanya: “Hai Tamlikha, bagaimana keadaan teman-temanmu?”
Kepada mereka Tamlikha memberi tahu, bahwa semua temannya masih berada di dalam gua.
“Pada masa itu kota Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan istana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan itu bersama pengikutnya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuju ke gua,” demikian Imam Ali melanjutkan ceritanya.
Teman-teman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua itu. Setibanya dekat gua, Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: “Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar suara tapak kuda, atau gemerincingnya senjata. Mereka pasti menduga Diqyanius datang dan mereka bakal mati semua. Oleh karena itu kalian berhenti saja di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberitahu mereka!”
Semua berhenti menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha datang, teman-temannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat. Kepada Tamlikha mereka berkata: “Puji dan syukur bagi Allah yang telah menyelamatkan dirimu dari Diqyanius!”
Tamlikha menukas: “Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian tinggal di sini?”
“Kami tinggal sehari atau beberapa hari saja,” jawab mereka.
“Tidak!” sangkal Tamlikha. “Kalian sudah tinggal di sini selama 309 tahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih berganti, dan penduduk kota itu sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!”
Teman-teman Tamlikha menyahut: “Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?”
“Lantas apa yang kalian inginkan?” Tamlikha balik bertanya.
“Angkatlah tanganmu ke atas dan kami pun akan berbuat seperti itu juga,” jawab mereka.
Mereka bertujuh semua mengangkat tangan ke atas, kemudian berdoa: “Ya Allah, dengan kebenaran yang telah Kau perlihatkan kepada kami tentang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!”
Allah s.w.t. mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerintahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah s.w.t. melenyapkan pintu gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua, berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari-cari pintunya, tetapi tanpa hasil. Tak dapat ditemukan lubang atau jalan masuk lainnya ke dalam gua. Pada saat itu dua orang bangsawan tadi menjadi yakin tentang betapa hebatnya kekuasaan Allah s.w.t. Dua orang bangsawan itu memandang semua peristiwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringatan yang diperlihatkan Allah kepada mereka.
Bangsawan yang beragama Islam lalu berkata: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan kudirikan sebuah tempat ibadah di pintu guha itu.”
Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkata pula: “Mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku! Akan kudirikan sebuah biara di pintu gua itu.”
Dua orang bangsawan itu bertengkar, dan setelah melalui pertikaian senjata, akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan terjadinya peristiwa tersebut, maka Allah berfirman, yang artinya: “Orang-orang yang telah memenangkan urusan mereka berkata: ‘Kami hendak mendirikan sebuah rumah peribadatan di atas mereka’…” (S. Al Kahfi: 21).
Sampai di situ Imam Ali bin Abi Thalib berhenti menceritakan kisah para penghuni gua. Kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu: “Itulah, hai Yahudi, apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bertanya kepadamu, apakah semua yang kuceritakan itu sesuai dengan apa yang tercantum dalam Taurat kalian?”
Pendeta Yahudi itu menjawab: “Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah dan tidak mengurangi, walau satu huruf pun! Sekarang engkau jangan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah serta Rasul-Nya. Aku pun bersaksi juga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini!”
Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashhabul Kahfi), kutipan dari kitab Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab Fadha ‘ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad, dalam menunjukkan banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasul Allah s.a.w.

Suar Matahari Terbesar dalam 5 Tahun Terakhir Menghantam Bumi

Bumi bersiap diri untuk yang terburuk malam ini karena solar flare terbesar dalam lima tahun terakhir telah mengirimkan partikel bermuatan yang dipercepat ke arah bumi dengan kecepatan 600 mil per detik.

Sebagai suar/flare 'kelas - X' - yang paling kuat dari jenisnya - membombardir medan magnet planet kita pada hari Jumat, 09 Maret 2012. Dikhawatirkan aktivitasnya dapat mengganggu jaringan listrik, navigasi satelit dan rute pesawat.

Namun, tidak ada insiden besar sejauh ini telah dilaporkan - tapi itu masih bisa berubah.

Badai surya - sepuluh kali lebih kuat dari sebuah 'angin matahari' normal - kemungkinan, terakhir melalui Jumat pagi, dan wilayah yang meletus masih bisa mengirim ledakan ke arah kita.

The sun's activity on March 8, 2012. A strong geomagnetic storm is racing from the sun towards Earth 

Heading our way! A Nasa handout photo shows the massive solar flare that could affect power grids, GPS and plane flights - although no incidents have so far been reported 

The X1 solar flare in a new active region on the sun, region 1429. It has let loose two M-class flares and one X-class so far. Material erupted from the sun with each flare, though due to the fact that this active region is still off to the side of the sun, they will likely have a weak effect on Earth's magnetosphere 

Pada puncak aktivitas flare, Joe Kunches, seorang ilmuwan untuk National Oceanic and Atmospheric Administration, mengatakan, "Badai ini menghantam kita tepat di hidung kita" Namun ia kemudian mengatakan bahwa ramalan cuaca ruang angkasanya mungkin berlebihan dalam dampak bombardir tersebut.

"Kita mengharapkan "kereta barang". Setelah kereta barang datang, masih ada sedang lewat, dan sekarang kita sedang melihat bagaimana kereta itu membuat semuanya bergetar", katanya kepada Fox News.

Dia menambahkan: "Kita memperkirakan kecepatan tapi kita tidak memperhitungkan putaran spin pada bola."

Lainnya memiliki firasat mirip dengan Kunches.

Fisikawan surya NASA, Alex Young memperhitungkan suar ini bisa memberi kita sedikit 'sentakan'.

Namun para ahli telah memperingatkan bahwa badai matahari dapat menghancurkan, dan suar ini mungkin hanya awal dari acara puncak aktivitas matahari di tahun depan.

Restless: The sun is in a period of intense activity that will peak next year. This Nasa picture was taken today

Hot stuff: An image acquired by the Solar Dynamics Observatory today that captures the sunspots with amazing clarity

Badai matahari memiliki tiga cara mereka dapat mengganggu teknologi di Bumi: dengan emisi magnetik, radio dan radiasi.

Kunches mengatakan bahwa semua badan energi di seluruh dunia telah diberitahu untuk kemungkinan pemadaman.

Waktu dan kecepatan badai menentukan apakah akan menurunkan jaringan listrik, katanya.

Badai matahari juga bisa membuat GPS kurang akurat, yang sebagian besar masalah bagi presisi pengeboran dan teknologi lainnya. Bisa juga memadamkan GPS.

Badai juga dapat menyebabkan masalah komunikasi dan ditambah radiasi di sekitar kutub utara dan selatan, yang mungkin akan memaksa maskapai penerbangan untuk mengubah rute penerbangan. Sebagian sudah melakukannya.

Satelit dapat dipengaruhi oleh badai matahari juga. Juru bicara NASA, Rob Navias, mengatakan bahwa NASA tidak mengambil tindakan pencegahan ekstra untuk melindungi astronot di Stasiun Ruang Angkasa Internasional dari radiasi tambahan oleh badai matahari.

Pengamat ruang angkasa mengatakan dampak - yang terutama dirasakan di daerah kutub - bisa menjadi cukup kuat untuk memungkinkan kilasan cahaya utara yang terkenal di atas Inggris sepanjang malam.

Badai matahari adalah fenomena alam yang terjadi sebagai akibat dari kenaikan dan penurunan alami dari aktivitas magnetik matahari melalui siklus 11 tahun yang akan mencapai puncaknya pada tahun 2013 - 2014.

Ketika melepaskan energi magnetik, semburan partikel bermuatan - yang dikenal sebagai coronal mass ejections, atau CME - dapat terlemparkan ke arah Bumi dan mengganggu medan magnet kita.

 The sun-spot group 1429 is seen on the surface of the sun on this photo taken from Salgotarjan, 109 km northeast of Budapest, Hungary
 
 The explosions on the sun created a 'coronal mass ejection' which sent a large amount of charged particles into space, but they are expected to avoid Earth because the sun spots are off to the side of our star
 
Setelah suar surya besar pada bulan Agustus, ini adalah yang terbesar sejak 2007, menurut badan antariksa AS, NASA.

Dr Craig Underwood, Wakil Direktur Pusat Antariksa di Surrey mengatakan, "Peristiwa ini adalah yang terbesar selama beberapa tahun, tetapi tidak di kelas yang paling parah.

"Kita mungkin akan menghadapi banyak badai seperti ini dan mungkin yang lebih besar lagi dari ini di tahun depan saat matahari mendekati aktivitas maksimumnya.

"Kejadian-kejadian tersebut bertindak sebagai 'wake up call' untuk gaya hidup modern kita yang sangat tergantung pada teknologi ruang angkasa dan infrastruktur jaringan listrik nasional."

 This flare was categorized as an X5.4, making it the second largest flare -- after an X6.9 on August 9, 2011 -- since the sun's activity segued into a period of relatively low activity called solar minimum in early 2007
 
 This extreme ultraviolet wavelength image provided by NASA provides another look at a solar flare, which could also force airlines to reroute


This colour-coded image combines observations made by Nasa in several extreme ultraviolet wavelengths, highlighting a bright X-class flare toward the upper left on March 6 

Para ilmuwan bekerja keras untuk memahami fisika dari peristiwa-peristiwa ini, sehingga mereka akan dapat memprediksinya dengan lebih akurat.

Profesor Alan Woodward, Departemen Komputasi, Universitas Surrey mengatakan bahwa badai matahari dapat menyebabkan kerusakan sistem komputer, peralatan medis, pesawat terbang dan ponsel.

Dia berkata: "Kita memiliki potensi tahun ini untuk melihat apa yang para ahli menyebutnya sebagai peristiwa "Black Swan": Sesuatu yang sangat jarang terjadi terjadi, tetapi jika terjadi akan berdampak luar biasa terhadap hidup kita'

Pada tahun 1972, badai geomagnetik diprovokasi oleh suar surya mematikan komunikasi telepon jarak jauh di seluruh negara bagian Illinois. Gangguan pada tahun 1989 menyebabkan enam juta orang berada dalam kegelapan di seluruh provinsi Quebec di Kanada.

Penemuan Injil Berusia 1500 di Turki

Written By neo djunayd on Sunday, March 4, 2012 | 3:31 PM


Sebuah bible rahasia di mana Yesus diyakini memprediksi kedatangan Nabi Muhammad ke bumi telah memicu minat yang serius dari Vatikan. Paus Benediktus XVI mengaku ingin melihat buku yang berusia 1.500 tahun tersebut, yang di katakan sebagai Injil Barnabas, yang telah disembunyikan oleh negara Turki selama 12 tahun terakhir.
Buku tebal tulisan tangan bertinta Emas seharga £ 14juta itu ditulis dalam bahasa Aram, bahasa yang digunakan oleh Yesus, yang berisi ajaran-ajaran awal dan prediksi Nabi yang akan datang.

Buku beruisa 1.500-tahun itu disebut berisi ajaran-ajaran awal Yesus dan prediksi dari Nabi datang

Teks bersampul kulit, yang ditulis pada kulit hewan, ditemukan oleh polisi Turki selama operasi anti-penyelundupan di tahun 2000

Teks yang bersampul kulit, yang ditulis pada kulit hewan, ditemukan oleh polisi Turki selama operasi anti-penyelundupan pada tahun 2000. Buku itu dijaga ketat hingga tahun 2010, ketika akhirnya diserahkan ke Museum Etnografi Ankara, dan akan segera ditampilkan ke publik setelah restorasi kecil. Sebuah fotokopi satu halaman dari naskah kuno tulisan tangan ini bernilai £1.5million.

Menteri Pariwisata & Kebudayaan Turki, Ertugrul Gunay mengatakan buku tersebut bisa menjadi versi asli dari Injil, yang ditindas oleh Gereja Kristen karena paralel dengan pandangan Islam tentang Yesus. Dia juga mengatakan Vatikan telah membuat permintaan resmi untuk melihat kitab - sebuah teks kontroversial yang Islam katakan adalah tambahan kitab-kitab Injil asli dari Markus, Matius, Lukas dan Yohanes. Sejalan dengan keyakinan Islam, Injil memperlakukan Yesus sebagai manusia dan bukan Tuhan.

Buku tebal tulisan tangan emas seharga £ 14 juta ini ditulis dalam bahasa Aram Yesus

Injil ini menolak ide Tritunggal Kudus dan Penyaliban dan mengungkapkan bahwa Yesus meramalkan kedatangan Nabi Muhammad. Dalam satu versi Injil, ia dikatakan telah mengatakan kepada imam: 'Bagaimana Mesias dipanggil?" "Muhammad adalah nama yang diberkati". Dan di bagian lain Yesus menyangkal menjadi Mesias, mengklaim bahwa ia (sang Mesias) adalah Ishmaelite, istilah yang digunakan untuk orang Arab.

Disamping ketertarikan orang-orang terhadap injil yang baru ditemukan kembali ini, tetap ada beberapa yang percaya bahwa injil ini adalah palsu dan hanya bertanggal kembali ke abad 16. Salinan tertua dari injil ini bertanggal kembali ke waktu itu, dan ditulis dalam bahasa Spanyol dan Italia.

Pendeta Protestan Ihsan Ozbek mengatakan injil ini tidak mungkin otentik, Karena St Barnabas hidup pada abad pertama dan merupakan salah satu rasul Yesus, berbeda dengan versi yang dikatakan berasal dari abad kelima atau keenam. Dia mengatakan kepada surat kabar Today Zaman: 'Salinan di Ankara mungkin telah ditulis oleh salah satu pengikut St Barnabas. 'Karena ada sekitar 500 tahun di antara St Barnabas dan penulisan salinan Alkitab, Muslim mungkin kecewa melihat bahwa salinan ini tidak termasuk hal yang mereka ingin lihat. "Mungkin tidak ada hubungannya dengan isi Injil Barnabas yang asli"

Menurut seorang Teolog, profesor Ömer Faruk Harman mengatakan scan ilmiah dari Alkitab mungkin satu-satunya cara untuk mengungkapkan berapa usia sebenarnya dari injil barnabas itu.
Siapakah Saint Barnabas?
Lahir di Siprus sebagai Josephf, Barnabas adalah seorang Kristen awal yang kemudian dinamai rasul (apostle). Kisahnya muncul dalam Kisah Para Rasul, dan Paulus menyebutkan dia dalam beberapa surat-suratnya. Tanggal, tempat, dan keadaan kematiannya secara historis tidak terverifikasi. Tapi Kristen tradisional menyatakan bahwa ia menjadi martir di Salamis, Siprus. Dia secara tradisional diidentifikasi sebagai pendiri Gereja Siprus, dengan hari besarnya pada 11 Juni.

wallahu a'lam


JAM

Followers

TOP RANK

PageRank

VISITORS

Total Pageviews

 
Copyright © 2011. World is not enough . All Rights Reserved.
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Design by Creating Website. Inspired from Metamorph RocketTheme